INTAN CAHYANINGRUM - MAHASISWI PENDIDIKAN MATEMATIKA UPI2011 - @intancynm

Jumat, 22 November 2013

BEM & ENTREPRENEURSHIP


BEM SEBAGAI ORGANISASI NON PROFIT SERTA URGENSI ENTREPRENEURSHIP DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KERJA DI DALAMNYA
Oleh: Intan Cahyaningrum
Bendahara Umum BEM Himatika ‘Identika’ UPI Periode 2013

Dalam perjalanan sebuah organisasi, tantangan yang dihadapi semakin lama semakin berragam. Tantangan-tantangan tersebut tentunya secara langsung maupun tidak langsung menghambat kemajuan program-program di dalamnya. Salah satunya ialah tantangan finansial/keuangan.
Uang adalah sumber daya terbatas namun merupakan modal penting dalam keberlangsungan sebuah organisasi. Uang ibarat darah dalam tubuh manusia, artinya tanpa uang sebuah organisasi akan sulit untuk tetap hidup. Oleh sebab itu keuangan merupakan hal intim yang memerlukan pengelolaan atau manajemen yang baik (tepat waktu dan tepat tempat) sehingga penggunaannya menjadi efektif dan efisien.
BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) adalah sebuah organisasi non profit yang tidak memiliki sumber dana yang besar karena organisasi ini hanya memanfaatkan sumber dana yang berasal dari iuran kemahasiswaan dan bantuan-bantuan publik, serta dalam pendistribusian keuangannya didasarkan pada kebutuhan bukan didasarkan pada keinginan. Non profit berarti dalam pengelolaan keuangannya, organisasi ini sama sekali tidak bertujuan mengambil keuntungan finansial karena tujuan organisasi ini adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Adapun jika mengalami kelebihan pendapatan, kelebihan itu digunakan untuk kemajuan organisasi bukan keuntungan personal.
Uang berfungsi sebagai alat penilaian kinerja. Maka, pastilah semakin banyak finansial dalam sebuah program, akan semakin baik pelaksanaan program tersebut. BEM merupakan organisasi yang pendapatannya terbatas, namun memiliki tujuan besar dan program-program yang banyak untuk merealisasikan tujuan besar tersebut. Di sinilah letak ketidakseimbangan kondisi finansial yang banyak terjadi di organisasi kemahasiswaan. Namun, uang juga memiliki peran sebagai alat motivasi, artinya sejauh mana tantangan minimnya keuangan bagi si pengelola keuangan untuk tetap survive meraih tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Meskipun dalam sebuah program kerja bahwa yang seharusnya ialah pengeluaran disesuaikan dengan pendapatan, namun ada keinginan untuk menjadikan program tersebut lebih baik sehingga pendapatanlah yang akhirnya disesuaikan dengan pengeluaran. Solusinya antara lain, mengembangkan biaya kepada peserta, mengumpulkan donasi, mengubah manajemen, atau tidak bergantung kepada sumber dana organisasi. Sedangkan, untuk mengembangkan biaya kepada peserta, ada resiko penurunan kuantitas peserta.
Untuk tidak bergantung kepada sumber dana organisasi yang terbatas, mayoritas program kerja tersebut melakukan kewirausahaan. Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) menurut Soparman Spemahamidjaja adalah suatu kemampuan (ability) dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, siasat kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kegiatan yang cerdas untuk menghadapi masalah kekurangan sumber dana yang dimiliki organisasi-organisasi dengan sumber dana terbatas. Perlu diketahui bahwa peran entrepreneur dalam menentukan kemajuan suatu bangsa/negara telah dibuktikan oleh beberapa negara maju seperti Amerika, Jepang,  dan tetangga terdekat kita yaitu Singapura dan Malaysia. Di Amerika sampai saat ini sudah lebih dari 12 persen penduduknya menjadi entrepreneur, dalam setiap 11 detik  lahir  entrepreneur baru dan data menunjukkan 1 dari 12 orang Amerika terlibat langsung  dalam kegiatan entrepreneur.
Manfaat membudayakan entrepreneurship dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan salah satunya adalah mempersiapkan diri menjadi lulusan yang mandiri, yaitu yang siap membuka lapangan pekerjaan. Hal yang paling penting sebenarnya adalah bahwa budaya ini menanamkan sikap berpikir kreatif dan inovatif, gigih dan kuat untuk meraih target yang diinginkan tanpa berpangku tangan pada orang lain.
Meminjam pendapat Charles Darwin yang mengatakan bahwa “It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent, but the one most responsive to change“.  Bukan yang terkuat, tidak juga yang paling cerdas, tetapi mereka yang paling responsif terhadap perubahan, yang akan bertahan hidup.
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan komentar ^_^