BEM
SEBAGAI ORGANISASI NON PROFIT SERTA URGENSI ENTREPRENEURSHIP
DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KERJA DI DALAMNYA
Oleh:
Intan Cahyaningrum
Bendahara
Umum BEM Himatika ‘Identika’ UPI Periode 2013
Dalam perjalanan sebuah organisasi, tantangan yang
dihadapi semakin lama semakin berragam. Tantangan-tantangan tersebut tentunya
secara langsung maupun tidak langsung menghambat kemajuan program-program di
dalamnya. Salah satunya ialah tantangan finansial/keuangan.
Uang adalah sumber daya terbatas namun merupakan modal
penting dalam keberlangsungan sebuah organisasi. Uang ibarat darah dalam tubuh
manusia, artinya tanpa uang sebuah organisasi akan sulit untuk tetap hidup.
Oleh sebab itu keuangan merupakan hal intim yang memerlukan pengelolaan atau
manajemen yang baik (tepat waktu dan tepat tempat) sehingga penggunaannya
menjadi efektif dan efisien.
BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) adalah sebuah
organisasi non profit yang tidak memiliki sumber dana yang besar karena
organisasi ini hanya memanfaatkan sumber dana yang berasal dari iuran
kemahasiswaan dan bantuan-bantuan publik, serta dalam pendistribusian
keuangannya didasarkan pada kebutuhan bukan didasarkan pada keinginan. Non
profit berarti dalam pengelolaan keuangannya, organisasi ini sama sekali tidak
bertujuan mengambil keuntungan finansial karena tujuan organisasi ini adalah
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Adapun jika mengalami kelebihan
pendapatan, kelebihan itu digunakan untuk kemajuan organisasi bukan keuntungan
personal.
Uang berfungsi sebagai alat penilaian kinerja. Maka,
pastilah semakin banyak finansial dalam sebuah program, akan semakin baik
pelaksanaan program tersebut. BEM merupakan organisasi yang pendapatannya
terbatas, namun memiliki tujuan besar dan program-program yang banyak untuk
merealisasikan tujuan besar tersebut. Di sinilah letak ketidakseimbangan
kondisi finansial yang banyak terjadi di organisasi kemahasiswaan. Namun, uang
juga memiliki peran sebagai alat motivasi, artinya sejauh mana tantangan
minimnya keuangan bagi si pengelola keuangan untuk tetap survive meraih tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Meskipun dalam sebuah program kerja bahwa yang
seharusnya ialah pengeluaran disesuaikan dengan pendapatan, namun ada keinginan
untuk menjadikan program tersebut lebih baik sehingga pendapatanlah yang
akhirnya disesuaikan dengan pengeluaran. Solusinya antara lain, mengembangkan
biaya kepada peserta, mengumpulkan donasi, mengubah manajemen, atau tidak
bergantung kepada sumber dana organisasi. Sedangkan, untuk mengembangkan biaya
kepada peserta, ada resiko penurunan kuantitas peserta.
Untuk tidak bergantung kepada sumber dana organisasi
yang terbatas, mayoritas program kerja tersebut melakukan kewirausahaan. Kewirausahaan
(Inggris: Entrepreneurship) menurut Soparman Spemahamidjaja adalah suatu
kemampuan (ability) dalam berpikir
kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga
penggerak tujuan, siasat kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. Jadi,
kewirausahaan merupakan suatu kegiatan yang cerdas untuk menghadapi masalah
kekurangan sumber dana yang dimiliki organisasi-organisasi dengan sumber dana
terbatas. Perlu diketahui bahwa peran entrepreneur dalam menentukan
kemajuan suatu bangsa/negara telah dibuktikan oleh beberapa negara maju seperti
Amerika, Jepang, dan tetangga terdekat kita yaitu Singapura dan
Malaysia. Di Amerika sampai saat ini sudah lebih dari 12 persen penduduknya
menjadi entrepreneur, dalam setiap 11 detik lahir entrepreneur
baru dan data menunjukkan 1 dari 12 orang Amerika terlibat langsung dalam kegiatan entrepreneur.
Manfaat
membudayakan entrepreneurship dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan salah
satunya adalah mempersiapkan diri menjadi lulusan yang mandiri, yaitu yang siap
membuka lapangan pekerjaan. Hal yang paling penting sebenarnya adalah bahwa
budaya ini menanamkan sikap berpikir kreatif dan inovatif, gigih dan kuat untuk
meraih target yang diinginkan tanpa berpangku tangan pada orang lain.
Meminjam
pendapat Charles Darwin yang mengatakan bahwa “It is not the strongest of
the species that survives, nor the most intelligent, but the one most
responsive to change“. Bukan yang terkuat, tidak juga yang paling
cerdas, tetapi mereka yang paling responsif terhadap perubahan, yang akan
bertahan hidup.
Semoga
bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan komentar ^_^