INTAN CAHYANINGRUM - MAHASISWI PENDIDIKAN MATEMATIKA UPI2011 - @intancynm

Kamis, 28 November 2013

Soal Matematika Kelas 7 Kurikulum 2013 Sangat Sulit!



Soal Matematika Kelas 7 Kurikulum 2013 Sangat Sulit!

Oleh:
Intan Cahyaningrum
NIM. 1102329
Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia

Kurikulum pendidikan di Indonesia yang baru diterapkan tahun 2013 ini masih menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Kurikulum ini dirasa tergesa-gesa sebab persiapan dan perencanaan yang singkat dan kurang matang. Proses pembuatan kurikulum 2013 dapat dilihat dalam diagram berikut.


Salah satu yang mendorong adanya perombakkan kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 adalah banyaknya fenomena-fenomena negatif yang terjadi di lingkungan pendidikan seperti perkelahian antar pelajar, narkoba, plagiarisme, dan sebagainya. Maka dari itu, kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang lebih menekankan pada pendidikan karakter. Di lain sisi, dominannya persepsi masyarakat bahwa pendidikan lebih ditikberatkan pada aspek kognitif saja, sehingga kurikulum 2013 ini pun berkarakteristik ideal dalam pengintegrasian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik di dalam implementasinya.
Perhatikan tabel tata kelola pelaksanaan kurikulum 2013 berikut.
Dari tabel tersebut diperoleh bahwa kurikulum 2013 tidak memberi beban berat pada guru. Namun, hal ini bertolak belakang dengan tingkat kesulitan materi yang ada pada buku kurikulum 2013. Materi matematika yang diajarkan di kelas VII dengan kurikulum 2013 antara lain: himpunan, bilangan, garis dan sudut, segiempat dan segitiga, perbandingan dan skala, persamaan dan pertidaksamaan linier satu variable, aritmatika social, transformasi, statistika, dan peluang. Jika dibandingkan dengan materi matematika kelas VII dengan kurikulum 2006 terlihat banyak materi yang baru muncul di kelas VII ini, seperti transformasi, statistika, dan peluang.
Perhatikan contoh soal latihan yang terlihat pada gambar berikut.
Misalkan, penulis mengambil sampel pada soal-soal latihan suatu bab. Soal-soal tersebut terdapat pada uji kompetensi 2.7 bab bilangan di halaman 157 buku BSE kurikulum 2013. Jika dikaji lebih lanjut tentu banyak menimbulkan pertanyaan. Adapun hal-hal yang dapat penulis kaji adalah sebagai berikut:
1.         Pada soal nomor (1), penulis kurang tepat dalam penulisan soal. Lebih tepatnya jika dituliskan “Ubahlah bilangan-bilangan berikut ke dalam bentuk a/b dengan a,b bilangan bulat dan b≠0.”.
2.         Pada soal nomor (4), siswa diberikan pertanyaan yang setara dengan soal olimpiade. Dengan pola pikir siswa yang masih konkrit, tentu saja soal tersebut akan sangat sulit bagi siswa. Selain itu, guru yang biasanya mengajar kelas VII dituntut memiliki kemampuan yang lebih untuk memberikan soal-soal sulit kepada siswa, termasuk cara membuat siswa paham dengan langkah-langkah pengerjaan soal.
3.         Pada soal nomor (5), (6) dan (7), selain dianggap soal yang sangat sulit, siswa pun belum diajarkan aljabar sebelumnya. Sehinggga dikhawatirkan apabila bertemu dengan ‘huruf’ dalam soal matematika seperti ini akan menimbulkan kebingungan. Dalam hal ini guru sangat berperan penting dalam mengantar siswa untuk memahami arah penyelesaian soal.
4.         Pada soal nomor (2), (3), dan (8), siswa disuguhkan soal pembuktian. Soal pembuktian adalah soal dengan tingkat penalaran yang tinggi. Di samping itu, siswa SMP masih berpola piker konkrit. Bisa dibayangkan dengan pola piker yang konkrit, siswa diminta mengerjakan soal-soal pembuktian seperti yang diberikan di jenjang perkuliahan.

Dengan berdasarkan pada jenjang pola piker komkrit siswa SMP kelas VII yang berusia sekitar 10-12 tahun, tentu akan menimbulkan perasaan takut untuk mengerjakan soal-soal seperti ini. Hal ini tentunya akan berdampak pada ketertarikan siswa untuk matematika secara general. Apabila siswa sering diminta mengerjakan soal seperti ini, bagaimana perasaan mereka? Bukankah pendidikan itu adalah hak segala bangsa? Pendidikan yang seperti apa? Apakah pemerintah dirasa bijak memberikan soal-soal seperti itu untuk siswa kelas VII SMP?
Melihat pada tujuan awal dibuatnya kurikulum ini ialah untuk mengurangi beban guru dan siswa serta member pendidikan karakter yang lebih. Lalu, apakah beban siswa berkurang? Apakah beban guru berkurang? Dan apakah pendidikan karakter sukses diterapkan dengan soal-soal seperti ini? Guru justru memiliki beban lebih untuk mampu mengerjakan soal-soal yang mereka berikan pada siswa serta bagaimana cara membuat siswa paham mengenai soal tersebut. Pendidikan karakter yang diharapkan pun tidak terlihat jelas dengan pemberian soal-soal seperti ini. Siswa akan cenderung malas dan bosan jika mereka tidak dapat mengerjakan soal. Selanjutnya siswa lama-lama akan berusaha tidak menyukai matematika.
Lagi-lagi pemerintah perlu berpikir ulang dengan pengimplementasian kurikulum yang tergesa-gesa ini. Bukan lagi salah cetak atau edit, tapi salah memberikan soal-soal yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa pada dasarnya. Bahkan apakah adil jika soal-soal seperti ini diberikan pada seluruh siswa di nusantara? Tidak melihat kemampuan rata-rata siswa tiap daerahnya, karna semua siswa memakai buku yang sama.
Bahkan pemerintah perlu merenungi apakah guru-guru kita sudah siap? Apakah guru-guru kita sudah memiliki kapabilitas yang layak dengan mater-materi yang menjadi tuntutan untuk diajarkan secara pantas. Siswa memiliki haknya untuk memperoleh pendidikan. Bukan hanya sekadar duduk di kelas mendengarkan guru yang tidak capable memberikan soal yang tidak mereka harapkan.
Jika kurikulum ini tidak dapat diubah lagi, maka satu-satunya solusi adalah perombakkan pada bahan ajar. Bahan ajar seharusnya disesuaikan sebaik-baiknya dan perlu memerhatikan kapabilitas peserta didik maupun guru. Selain itu perlu diadakannya seleksi guru-guru yang berkapabilitas tinggi untuk mengajar dengan kurikulum ini. Sebab tidak aka nada perubahan nyata apabila guru juga tidak mau berkembang dan tetap pada kemampuan yang sebelumnya. Maka percuma adanya kurikulum ini jika tidak didukung oleh berbagai pihak.

Sumber:
Bahan Uji Publik Kurikulum 2013
Matematika SMP/MTs Kelas VII Kurikulum 2013. 2013. Jakarta: Kemdikbud.

16 komentar:

  1. mungkin benar jika guru harus mempunyai kapabilitas yang tinggi dalam perubahan seperti ini, tapi sebenarnya yang diperlukan itu hanya metode pendekatan siswa dan guru saja, guru2 sekarang kalo ngerasa sudah lebih malah kesenjangan makin terasa, IMHO.. meskipun tidak semua guru seperti itu,
    disamping itu semakin sulit materi atau bahan ajar yang disajikan hanya akan berdampak pada jenuhnya siswa belajar, dan akan membuat peserta didik lebih memilih untuk menghabiskan waktu pada saat jam pelajaran di suatu tempat yang bila dikaitkan dengan tabel pada kolom elemen untuk pemantauan akan terkesan rumit,,

    intinya yang harus diubah itu bukan materi ajar tapi lebih ke metode mengajar, itu IMHO juga =)

    semoga saja semua sudah dipikirkan lebih baik untuk kebaikan bersama

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebagus apapun metode mengajar, jika bahan ajarnya kurang sesuai, apa akan maksimal?

      Hapus
  2. banyak siswa yang merasa kalah seblum berperang stelah liat soal-soalnya. sedikit kecewa tapi ya mau gmana lagi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya masih melihat di lapangan bahwa kebanyakan guru pun tidak saklek mengikuti buku kemdikbud. Kebanyakan mengambil soal-soal latihan dari buku lain. Intinya hanya disesuaikan saja dengan kemampuan siswa di lapangan, dan tentunya IPK.

      Hapus
  3. Saya sangat sangat sangat setuju dengan tulisan anda. Buku matematika kurikulum 2013 yang diluncurkan kemendikbud secara materi oke.. Tapi soal2 latihan yang dicantumkan terlampauuuuu susah untuk dikerjakan anak usia smp yang secara penalaran masih belum berkembang.. Saya lihat buku matematika erlangga kurikulum 2013 soal2 latihan yang diberikan masih jauh lebih manusiawi untuk anak usia smp di Indonesia ketimbang buku yang diluncurkan kemendikbud..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya memang mayoritas tingkat kesukarannya lebih tinggi kurtilas..
      Soal-soal di buku kurtilas sebenarnya tidak jauh berbeda tp lebih menekankan ke nalar, soalnya bervariasi.. Sehingga siswa harus paham maksud si soal sebelum menghitung..
      Soal-soal di erlangga to the point, jadi siswa bisa langsung menghitung..

      Hapus
  4. selain itu buku matematika kls 7 jg terdapat pelajaran SMA sperti transformatika dan peluang yg lumayan membingungkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sekarang transformasi ada di kelas VII, dulu saya belajar pas SMA rasanya :')

      Hapus
  5. setuju!
    soal-soalnya jauh diatas kemampuan siswa
    malah kurikulum 2013 bahan ajarnya harus cari sendiri lagi-_
    ini deh yang buat saya tidak senang sama matematika!
    peluang ama transformasi itu susah.. mau gimana ya-_

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul, memang yang di buku itu hanya seperti mengantar saja.. Guru harus mengekspor lagi bahan ajar yang akan digunakan saat KBM..

      Hapus
  6. Siapa bilang beban guru menjadi ringan?
    materi bertambah dan jam yang di berikan tidak sesuai. Memang siswa diharap untuk belajar mandiri, tp apa ya mungkin untuk tiap pelajaran siswanya mempersiapkan mandiri, bisa-bisa bangun tidur, sekolah, pulang belajar terus tidur lagi. Tidak manusiawi. Penilaian juga begitu, 1 anak saja tiap guru harus merekap penilaian sikap kurang lebih 60 halaman (observasi, penilain diri, antar teman dan jurnal), coba bayangkan kalau 1 kelas 40 siswa dan harus mengajar 10 kelas, tinggal di hitung saja. Itu masih penilaian sikap, belum pengetahuan dan ketrampilan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Si penyusun kurtilas yang menganggap beban guru akan lebih ringan..

      Saya sepakat kalau justru tugas guru menjadi lebih banyak. Selain harus menyiapkan bahan ajar yang mematangkan buku kurtilas, juga didesak berbagai administrasi penilaian. Faktanya di lapangan banyak guru yang mengabaikan sistem penilaian tsb karna kurang pencerdasan atau memang kewalahan.

      Hapus
  7. Duuhh, betul itu. saya merasakannya sendiri..
    memang syusyahnya...beeuuh
    belom lagi saya sekolah di smp favorit..(bukan nyombong) tambah lagii..
    ngebut belajarnya...

    BalasHapus
  8. Michael
    saya menanggapinya agak berbeda, memang banyak materi matematika di kurikulum 2013 yang tingkatnya lebih tinggi sepeti ada deret aritmatika meski dalam buku tidak ditulis sebagai deret aritmatika, namun coba perhatikan, pembahasannya cukup mudah, namun banyak guru yang tidak memahami pembahasan seperti itu, banyak yang menggunakan rumus artimatika sma, kalau seperti itu ya jelas murid smp akan sukar mengerti. sebenarnya contoh dikelas VII banyak materi sulit tapi itu hanya bagian sederhana yang berfungsi sebagai pengenalan dengan metode penalaran siswa sendiri, siswa bisa membuat rumusan sendiri tanpa harus menghafalkan rumus-rumus penerbit buku yang beredar.

    BalasHapus
  9. wah suka ngeblog juga.. ^_^

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar ^_^