I.
TAHAP
PERENCANAAN
Keberhasilan
suatu kegiatan terpancar dari bagaimana kegiatan tersebut direncanakan.
Langkah-langkah yang dijalankan selama tahap perencanaan antara lain:
A.
Membaca dan memahami tugas observasi
yang telah diterima melalui email.
B.
Merencanakan sekolah yang akan dijadikan
pilihan sebagai tempat pelaksanaan observasi.
C.
Meminta surat ijin observasi ke kantor
administrasi FPMIPA UPI.
D.
Meminta ijin kepada pihak sekolah yang
dijadikan tempat observasi dengan menyerahkan surat ijin dari fakultas.
E.
Menentukan kelas yang akan dipilih
sebagai populasi.
F.
Menentukan siswa yang dipilih sebagai
responden dan melakukan koordinasi dengan guru Mata Pelajaran Matematika
terkait.
II.
TAHAP
PERSIAPAN
Sebelum kegiatan
dilaksanakan, ada berbagai persiapan yang dilakukan agar pelaksanaan observasi
berjalan lancar, di antaranya:
A.
Membaca buku sumber mengenai diagnosik
kesulitan belajar dan remedial teaching.
B.
Berkoordinasi dengan guru mata pelajaran
terkait mengenai materi yang telah diujikan dan perlu emndapat remedial teaching.
C.
Berkenalan dengan siswa yang telah
dipilih sebagai responden.
D.
Merumuskan teknis pengumpulan data kesulitan
belajar siswa dengan cara:
1. Meminta
laporan hasil belajar siswa kepada guru mata pelajaran terkait.
2. Memberikan
angket kepada siswa.
3. Melaksanakan
wawancara.
E.
Merancang angket yang akan diberikan
kepada siswa. (terlampir)
F.
Merancang pertanyaan-pertanyaan yang
akan diajukan kepada siswa saat wawancara. (terlampir)
G.
Merumuskan teknis pelaksanaan remedial teaching antara lain:
Menguasai materi yang ditujukan,
membatasi materi yang dianggap sulit, menyiapkan strategi belajar, menyiapkan
soal-soal, menyiapkan semangat agar responden ikut termotivasi.
III.
TAHAP
DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR (16 Mei
2013)
Menurut
Thorndike dan Hagen (1955: 530-532), diagnosis dapat diartikan sebagai:
1)
upaya atau proses menemukan kelemahan
atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi
yang saksama mengenai gejala-gejalanya;
2)
studi yang saksama terhadap fakta
tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya
yang esensial;
3)
keputusan yang dicapai setelah dilakukan
suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Di dalam konsep
diagnosis tersebut, secara implisit telah tersimpul konsep prognosisnya. Dengan
demikian, di dalam pekerjaan diagnostik bukan hanya sekadar mengidentifikasi
jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau
penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan
kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Seorang siswa dianggap
mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai
taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan ukuran kriteria
keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas
atau kemampuan dalam program pelajaran time
allowed dan atau tingkat perkembangannya).
Diagnostik kesulitan
belajar adalah suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta
latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan
berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan
untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternative kemungkinan pemecahannya.
Burton (1952:
640-652) menggariskan tahapan-tahapan diagnosis berdasarkan kepada teknik dan
instrument yang digunakan dalam pelaksanaannya sebagai berikut.
1. General Diagnosis
pada tahap ini lazim dipergunakan
tes baku, seperti yang dipergunakan untuk evaluasi dan pengukuran psikologis
dan hasil belajar. Sasarannya untuk menemukan siapakah siswa yang diduga
mengalami kelemahan tertentu.
2. Analystic Diagnostik
Pada tahap ini yang lazimnya
digunakan ialah tes diagnostik. Sasarannya untuk mengetahui dimana letak
kelemahan tersebut.
3. Psychological Diagnosis
Pada tahap ini teknik pendekatan
dan instrument yang digunakan antara lain:
a. Observasi;
b. Analisis
karya tulis;
c. Analisis
proses dan respon lisan;
d. Analisis
berbagai catatan objektif;
e. Wawancara;
f. Pendekatan
laboratories dan klinis;
g. Studi
kasus.
Perbedaan pokok
dengan prosedur dan teknik bimbingan belajar yang bersifat umum ialah bahwa
hasil akhir layanan bimbingan itu berupa perubahan pada diri siswa setelah
menjalani tindakan penyembuhan. Sedangkan hasil akhir dari layanan diagnostik
kesulitan belajar baru sampai pada rekomendasi tentang kemungkinan alternative
tindakan penyembuhan.
Langkah-langkah operasional diagnostik
kesulitan belajar:
1. Menandai
siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.
2. Melokalisasikan
letak kesulitan (permasalahan).
a. Mendeteksi
kesulitan belajar pada bidang studi tertentu.
b. Mendeteksi
pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup bahan pelajaran manakah
kesulitan terjadi
c. Analisis
terhadap catatan mengenai proses belajar.
3. Mengidentifikasi
faktor penyebab kesulitan belajar.
a. Stimulus Variables
1) Learning Experience Variables:
Method Variables, Task Variables
2) Environmental Variables
b. Organismic Variables
1) Characteristic of the learners
2) Mediating processes
c. Response Variables
Burton membagi faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar ke dalam dua
ketegori, yaitu yang berasal dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa.
1. Faktor-faktor
yang terdapat dalam diri siswa, antara lain:
a. Kelemahan
secara fisik, seperti:
1) Suatu
pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna.
2) Panca
indera berkembang kurang sempurna.
3) Ketidakseimbangan
perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh.
4) Cacat
tubuh atau perkembangan yang kurang sempurna.
5) Penyakit
menahun.
b. Kelemahan
secara mental, antara lain:
1) Taraf
kecerdasan kurang.
2) Kurang
minat, kebimbangan, kurang usaha, aktivitas yang tidak terarah, kurang
semangat, kurang menguasai keterampilan, dan kebisaaan fundamental dalam
belajar.
c. Kelemahan
emosional, antara lain:
1) Rasa
tidak aman.
2) Penyesuaian
yang salah.
3) Phobia.
4) Ketidakmatangan.
d. Kelemahan
yang disebabkan kebisaaan-kebisaaan dan sikap-sikap yang salah, antara lain:
1) Tidak
menentu dan kurang minat terhadap pekerjaan-pekerjaan sekolah.
2) Banyak
melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang pelaaran sekolah,
menolak, atau malas belajar.
3) Kurang
berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian.
4) Kurang
kooperatif dan menghindari tanggung jawab.
5) Tak
bernafsu untuk belajar.
6) Sering
tidak mengikuti pelajaran.
7) Nervous.
e. Tidak
memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan,
seperti:
1) Ketidakmampuan
membaca, menghitung, kurang menguasai pengetahuan dasar untuk suatu bidang
studi yang sedang didikuti, kurang menguasai bahasa.
2) Memiliki
kebisaaan belajar dan cara bekerja yang salah.
2. Faktor-faktor
yang terletak di luar diri siswa, antara lain:
a. Kurikulum
yang seragam, bahan dan buku yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan dan
perbedaan-perbedaan individu.
b. Ketidaksesuaian
standar administrative, penialaian, pengelolaan kegiatan, pengalaman belajar-mengajar,
dan sebagainya.
c. Terlalu
berat beban belajar siswa dan atau emngajar guru.
d. Terlalu
besar populasi siswa dalam kelas.
e. Terlalu
sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas, dan sebagainya.
f. Kelemahan
dari system belajar-mengajar pada tingkat pendidikan sebelumnya.
g. Kelemahan
yang terdapat dalam kondisi rumah tangga.
h. Terlalu
banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat
dalam kegiatan ekstrakulikuler.
i.
Kekurangan gizi.
Setelah melaksanakan diagnostik
kesulitan belajar, hendaknya: (1) menarik suatu kesimpulan umum meskipun hanya
secara tentative, (2) membuat perkiraan apakah masalah itu mungkin untuk
diatasi, selanjutnya (3) memberikan saran tentang kemungkinan cara
mengatasinya.
(Prof. Dr. H. Abin Syamsuddin Makmun, 2007)
IV.
TAHAP
REMEDIAL TEACHING (16 dan 17 Mei 2013)
Pengajaran
remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru (dengan atau tanpa
bantuan/kerja sama dengan ahli/pihak lain) untuk menciptakan suatu situasi
(kembali/baru/berbeda dari yang bisaa) yang memungkinkan individu atau kelompok
siswa (dengan karakteristik) tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya
(meningkatkan prestasi, penyesuaian kembali) seoptimal mungkin sehingga dapat
memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu
proses interaksi yang berrencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, dan
terkontrol dengan lebih memerhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman
kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya
dukung sarana dan lingkungannya.
Prosedur
pelaksanaan pengajaran remedial diantaranya:
1. Penelaahan
kembali kasus dengan permasalahannya.
Sasaran pokok:
a. Memperoleh
gambaran yang lebih definitive mengenai karakteristik kasus berikut
permasalahannya.
b. Memperoleh
gambaran yang lebih definitive mengenai fasibilitas alternative tindakan remedial
yang direkomendasikan.
2. Menentukan
alternative pilihan tindakan.
3. Layanan
bimbingan dan konseling/ psikoterapi. (Jika diperlukan)
4. Melaksanakan
pengajaran remedial.
5. Mengadakan
pengukuran prestasi belajar kembali.
6. Mengadakan
re-evaluasi dan re-diagnostik.
7. Remedial
pengayaan dan atau pengukuran (tambahan).
(Prof. Dr. H. Abin Syamsuddin Makmun, 2007)
V.
TAHAP
ANALISIS DAN INTERPRETASI
Pada tahap ini ialah menganalisis data-data yang
telah diperoleh .
terimakasih atas tulisannya dan salam kenal daris aya,.,
BalasHapus