INTAN CAHYANINGRUM - MAHASISWI PENDIDIKAN MATEMATIKA UPI2011 - @intancynm

Kamis, 27 Juni 2013

Tahapan Diagnostik Kesulitan Belajar Siswa dan Remedial Teaching di SMAN 1 Margahayu



I.          TAHAP PERENCANAAN
Keberhasilan suatu kegiatan terpancar dari bagaimana kegiatan tersebut direncanakan. Langkah-langkah yang dijalankan selama tahap perencanaan antara lain:
A.         Membaca dan memahami tugas observasi yang telah diterima melalui email.
B.         Merencanakan sekolah yang akan dijadikan pilihan sebagai tempat pelaksanaan observasi.
C.         Meminta surat ijin observasi ke kantor administrasi FPMIPA UPI.
D.         Meminta ijin kepada pihak sekolah yang dijadikan tempat observasi dengan menyerahkan surat ijin dari fakultas.
E.          Menentukan kelas yang akan dipilih sebagai populasi.
F.          Menentukan siswa yang dipilih sebagai responden dan melakukan koordinasi dengan guru Mata Pelajaran Matematika terkait.


II.       TAHAP PERSIAPAN
Sebelum kegiatan dilaksanakan, ada berbagai persiapan yang dilakukan agar pelaksanaan observasi berjalan lancar, di antaranya:
A.         Membaca buku sumber mengenai diagnosik kesulitan belajar dan remedial teaching.
B.         Berkoordinasi dengan guru mata pelajaran terkait mengenai materi yang telah diujikan dan perlu emndapat remedial teaching.
C.         Berkenalan dengan siswa yang telah dipilih sebagai responden.
D.         Merumuskan teknis pengumpulan data kesulitan belajar siswa dengan cara:
1.      Meminta laporan hasil belajar siswa kepada guru mata pelajaran terkait.
2.      Memberikan angket kepada siswa.
3.      Melaksanakan wawancara.
E.          Merancang angket yang akan diberikan kepada siswa. (terlampir)
F.          Merancang pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa saat wawancara. (terlampir)
G.         Merumuskan teknis pelaksanaan remedial teaching antara lain:
Menguasai materi yang ditujukan, membatasi materi yang dianggap sulit, menyiapkan strategi belajar, menyiapkan soal-soal, menyiapkan semangat agar responden ikut termotivasi.

III.    TAHAP DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR  (16 Mei 2013)
Menurut Thorndike dan Hagen (1955: 530-532), diagnosis dapat diartikan sebagai:
1)          upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama mengenai gejala-gejalanya;
2)          studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
3)          keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Di dalam konsep diagnosis tersebut, secara implisit telah tersimpul konsep prognosisnya. Dengan demikian, di dalam pekerjaan diagnostik bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Seorang siswa dianggap mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan dalam program pelajaran time allowed dan atau tingkat perkembangannya).
Diagnostik kesulitan belajar adalah suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternative kemungkinan pemecahannya.
Burton (1952: 640-652) menggariskan tahapan-tahapan diagnosis berdasarkan kepada teknik dan instrument yang digunakan dalam pelaksanaannya sebagai berikut.
1.      General Diagnosis
pada tahap ini lazim dipergunakan tes baku, seperti yang dipergunakan untuk evaluasi dan pengukuran psikologis dan hasil belajar. Sasarannya untuk menemukan siapakah siswa yang diduga mengalami kelemahan tertentu.
2.      Analystic Diagnostik
Pada tahap ini yang lazimnya digunakan ialah tes diagnostik. Sasarannya untuk mengetahui dimana letak kelemahan tersebut.
3.      Psychological Diagnosis
Pada tahap ini teknik pendekatan dan instrument yang digunakan antara lain:
a.       Observasi;
b.      Analisis karya tulis;
c.       Analisis proses dan respon lisan;
d.      Analisis berbagai catatan objektif;
e.       Wawancara;
f.       Pendekatan laboratories dan klinis;
g.      Studi kasus.

Perbedaan pokok dengan prosedur dan teknik bimbingan belajar yang bersifat umum ialah bahwa hasil akhir layanan bimbingan itu berupa perubahan pada diri siswa setelah menjalani tindakan penyembuhan. Sedangkan hasil akhir dari layanan diagnostik kesulitan belajar baru sampai pada rekomendasi tentang kemungkinan alternative tindakan penyembuhan.
Langkah-langkah operasional diagnostik kesulitan belajar:
1.      Menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.
2.      Melokalisasikan letak kesulitan (permasalahan).
a.       Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu.
b.      Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup bahan pelajaran manakah kesulitan terjadi
c.       Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar.
3.      Mengidentifikasi faktor penyebab kesulitan belajar.
a.       Stimulus Variables
1)      Learning Experience Variables: Method Variables, Task Variables
2)      Environmental Variables
b.      Organismic Variables
1)      Characteristic of the learners
2)      Mediating processes
c.       Response Variables
Burton membagi faktor-faktor penyebab kesulitan  belajar ke dalam dua ketegori, yaitu yang berasal dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa.
1.      Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa, antara lain:
a.       Kelemahan secara fisik, seperti:
1)      Suatu pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna.
2)      Panca indera berkembang kurang sempurna.
3)      Ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh.
4)      Cacat tubuh atau perkembangan yang kurang sempurna.
5)      Penyakit menahun.
b.      Kelemahan secara mental, antara lain:
1)      Taraf kecerdasan kurang.
2)      Kurang minat, kebimbangan, kurang usaha, aktivitas yang tidak terarah, kurang semangat, kurang menguasai keterampilan, dan kebisaaan fundamental dalam belajar.
c.       Kelemahan emosional, antara lain:
1)      Rasa tidak aman.
2)      Penyesuaian yang salah.
3)      Phobia.
4)      Ketidakmatangan.
d.      Kelemahan yang disebabkan kebisaaan-kebisaaan dan sikap-sikap yang salah, antara lain:
1)      Tidak menentu dan kurang minat terhadap pekerjaan-pekerjaan sekolah.
2)      Banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang pelaaran sekolah, menolak, atau malas belajar.
3)      Kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian.
4)      Kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab.
5)      Tak bernafsu untuk belajar.
6)      Sering tidak mengikuti pelajaran.
7)      Nervous.
e.       Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti:
1)      Ketidakmampuan membaca, menghitung, kurang menguasai pengetahuan dasar untuk suatu bidang studi yang sedang didikuti, kurang menguasai bahasa.
2)      Memiliki kebisaaan belajar dan cara bekerja yang salah.
2.      Faktor-faktor yang terletak di luar diri siswa, antara lain:
a.       Kurikulum yang seragam, bahan dan buku yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan dan perbedaan-perbedaan individu.
b.      Ketidaksesuaian standar administrative, penialaian, pengelolaan kegiatan, pengalaman belajar-mengajar, dan sebagainya.
c.       Terlalu berat beban belajar siswa dan atau emngajar guru.
d.      Terlalu besar populasi siswa dalam kelas.
e.       Terlalu sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas, dan sebagainya.
f.       Kelemahan dari system belajar-mengajar pada tingkat pendidikan sebelumnya.
g.      Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga.
h.      Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakulikuler.
i.        Kekurangan gizi.

Setelah melaksanakan diagnostik kesulitan belajar, hendaknya: (1) menarik suatu kesimpulan umum meskipun hanya secara tentative, (2) membuat perkiraan apakah masalah itu mungkin untuk diatasi, selanjutnya (3) memberikan saran tentang kemungkinan cara mengatasinya.
(Prof. Dr. H. Abin Syamsuddin Makmun, 2007)

IV.    TAHAP REMEDIAL TEACHING (16 dan 17 Mei 2013)
Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru (dengan atau tanpa bantuan/kerja sama dengan ahli/pihak lain) untuk menciptakan suatu situasi (kembali/baru/berbeda dari yang bisaa) yang memungkinkan individu atau kelompok siswa (dengan karakteristik) tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya (meningkatkan prestasi, penyesuaian kembali) seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang berrencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, dan terkontrol dengan lebih memerhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya.
Prosedur pelaksanaan pengajaran remedial diantaranya:
1.      Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya.
Sasaran pokok:
a.       Memperoleh gambaran yang lebih definitive mengenai karakteristik kasus berikut permasalahannya.
b.      Memperoleh gambaran yang lebih definitive mengenai fasibilitas alternative tindakan remedial yang direkomendasikan.
2.      Menentukan alternative pilihan tindakan.
3.      Layanan bimbingan dan konseling/ psikoterapi. (Jika diperlukan)
4.      Melaksanakan pengajaran remedial.
5.      Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali.
6.      Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik.
7.      Remedial pengayaan dan atau pengukuran (tambahan).
(Prof. Dr. H. Abin Syamsuddin Makmun, 2007)

V.       TAHAP ANALISIS DAN INTERPRETASI

Pada tahap ini ialah menganalisis data-data yang telah diperoleh  .

1 komentar:

Silakan meninggalkan komentar ^_^