INTAN CAHYANINGRUM - MAHASISWI PENDIDIKAN MATEMATIKA UPI2011 - @intancynm

Minggu, 04 November 2012

Konsep Perilaku Individu


Konsep Perilaku Individu

1.      Pengertian Perilaku
a.       Menurut Notoatmodjo (2003). Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
b.      Menurut Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar. Jadi, Perilaku adalah segala tindakan individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang paling dirasakan sampai yang paling tidak dirasakan.

2.      Pandangan tentang Perilaku
ada lima pendekatan utama tentang perilaku yaitu;
a.       pendekatan neurobiologik, pendekatan ini menitikberatkan pada hubungan antara perilaku dengan kejadian yang berlangsung dalam tubuh (otak dan syaraf) karena perilaku diatur oleh kegiatan otak dan sistem syaraf.
b.      pendekatan behavioristik, pendekatan ini menitikberatkan pada perilaku yang nampak dan perilaku dapat dibentuk dengan pembiasaan dan pengukuhan melalui pengkondisian stimulus.
c.       pendekatan kognitif, menurut pendekatan ini individu tidak hanya menerima stimulus yang pasif tetapi mengolah stimulus menjadi perilaku baru.
d.      pandangan psikoanalisis, menurut pandangan ini perilaku individu didorong oleh insting bawaan dan sebagian besar perilaku itu tidak disadari.
e.       pandangan humanistik, perilaku individu bertujuan yang ditentukan oleh aspek internal individu. Individu mampu mengarahkan perilaku dan memberikan warna pada lingkungan.


3.      Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a.       Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
b.      Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

4.      Jenis-jenis Perilaku Individu
a.       perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan syaraf
b.      perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif
c.       perilaku tampak dan tidak tampak
d.       perilaku sederhana dan kompleks
e.       perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.

5.      Teori Perilaku
a.       Menurut Teori Lawrence Green (1980) faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh:
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1)      Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2)      Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3)      Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
b.      Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari :
1)      Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention).
2)      Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
3)      Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information).
4)      Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy). 
5)      Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
c.       Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah:
1)      Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
2)      Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3)      Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
4)      Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).
5)      Teori perilaku menitik beratkan pada aspek-aspek eksternal belajar, termasuk stimuli eksternal, respon perilaku siswa, dan penguatan yang mengikuti respon yang sesuai. Berdasarkan dengan teori perilaku yang dikemukakan oleh Thorndike tentang Law of Effect dalam Budayasa(1998: 11), bahwa respon menyenangkan yang dialami sebelumnya cenderung diulangi dan respon yang tidak menyenangkan yang dialami sebelumnya cenderung dibuang. Jadi menurut Thorndike kecuali hubungan antara stimulus dan respon, teori yang dikemukakan menekankan terutama pada prinsip-prinsip pengetahuan. 
6)      Sesuai dengan teori Thorndike di atas, pelaksanaan sistem pembelajaran di kelas tidak lepas dari pemberian penghargaan dan hukuman. Di samping dalam penyampaian pembelajaran guru kepada siswa tidak lepas dari penyampaian secara langsung informasi-informasi yang akan dipelajari oleh siswa. Sesuai dengan teori belajar perilaku agar ketuntasan belajar sains siswa dicapai maka materi ajar yang akan diberikan perlu dianalisis ke dalam bagian-bagian sederhana, menulis tujuan perilaku untuk tiap bagian, menyajikan informasi yang akan diberikan secara jelas dan ringkas, memberikan latihan-latihan berulang-ulang kepada siswa, memberikan umpan balik secepatnya terhadap respon yang diberikan siswa, dan sering mengulangi materi yang diajarkan.

6.      Mekanisme Terjadinya Perilaku
Dalam pandangan behavioristik, mekanisme perilaku individu adalah :
W ------ S ------- r -------- O ------- e -------- R ------- W
Keterangan:
W = world (lingkungan)              e = effector
S = stimulus                                 R = respon
r = receptor                                   W = lingkungan
O = organisme

Pandangan humanistik, menurut pandangan ini perilaku merupakan siklus dari :
1)   dorongan timbul,
2)   aktivitas dilakukan,
3)   tujuan dihayati, dan
4)   kebutuhan terpenuhi/rasa puas.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.
1)   Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu
2)   Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3)   Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4)   Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5)   Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Peranan dan Pengaruh Pendidikan terhadap Perubahan dan Perkembangan Perilaku dan Pribadi Manusia

Dengan menggunakan konsep dasar psikologis, khususnya dalam konteks pandangan behaviourisme, kita dapat menyatakan bahwa praktik pendidikan itu pada hakekatnya merupakan usaha conditioning (penciptaan seperangkat stimulus) yang diharapkan pula menghasilkan pola-pola perilaku(seperangkat respon ) tertentu. Prestasi belajar dalam pengetahuan (penalaran), sikap (penghayatan), dan keterampilan (pengalaman) merupakan indicator-indikator atau manifestasi dari perubahan dan perkembangan perilaku tersebut. Sejalan dengan paradigma Fungsional, paradigma Sosialisasi melihat peranan pendidikan dalam pembangunan adalah: 
1)      mengembangkan kompetensi individu
2)      kompetensi yang lebih tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan produktivitas
3)      secara urnum, meningkatkan kemampuan warga masyarakat dan semakin banyaknya warga masyarakat yang memiliki kemampuan akan meningkatkan kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Manusia dilahirkan di dunia ini dalam keadaan fitrah, sehingga pengaruh lingkungan akan turut mempengaruhi perkembangan seseorang. Baik ataupun buruknya lingkungan akan menjadi referensi bagi perkembangan masyarakat sekitarnya. WH. Clarck mengemukakan bahwa bayi yang baru lahir merupakan makhluk yang tidak berdaya, namun ia dibekali oleh berbagai kemampuan yang bersifat bawaan. Disini mengandung pengertian bahwa sifat bawaan seseorang tersebut memerlukan sarana untuk mengembangkannya. Pendidikan merupakan sarana yang tepat dalam mencapai hal tersebut. Baik pendidikan keluarga, formal ataupun non formal sekalipun. Berikut adalah beberapa jenis pendidikan yang sering kita jumpai dan peranannya dalam kehidupan:
1.      Pendidikan Keluarga
Gilbert Highest menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak dari bangun tidur hingga ke saat akan tidur kembali, anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari keluarga. Hal ini mengandung pengertian, bahwa dalam usia bayi sampai usia sekolah keluarga mempunyai peran yang dominan dalam menumbuhkembangkan rasa kepercayadirian seorang anak. Awal kehidupan seseorang dimulai dalam lingkungan keluarga, bahkan dalam keluarga pula pada umumnya seseoramg mengakhiri kehidupannya. Sejak mulai lahir dari bayi sampai tumbuh dewasa tidak terlepas dari kehidupannya yang terus menerus berputar sampai terbentuk sebuah keluarga kembali. Dalam keluarga terjadi apa yang dinamakan interaksi antar anggota keluarga, interaksi tersebut dapat terjadi antara suami (ayah) dengan anak, istri ( ibu) dengan anak, anak dengan anak, bahkan terjadi pula antar keluarga satu dengan keluarga lainnya. Dalam interaksi itu terjadi proses belajar, pembinaan, bimbingan atau proses pendidikan. Dalam hubungannya dengan pendidikan, lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertana dan utama, berlangsung secara wajar dan informal, serta lebih dominan melalui media permainan. Keluarga merupakan dunia anak yang pertama yang memberikan sumbangan mental dan fisik terhadapnya. Dalam keluarga anak lambat laun membentuk konsepsi tentang pribadinya baik tepat maupun kurang tepat. Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya mengidentifikasi dirinya denga kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.
Orang tua (ibu dan ayah) sebagai pendidik betul – betul merupakan pletak dasar kepribadian anak. Dasar kepribadian tersebut akan bermanfaat atau berperan terhadap pengaruh – pengaruh atau pengalaman – pengalaman selanjutnya, yang datang kemudian,. Anak lahir dalam pemeliharaan keluarga dan dibesarkan dalam keluarga. Anak akan menyerap norma-norma yang ada pada anggota keluarga, dari ibu. Ayah, maupun dari saudara-saudara yang lain. Karena itu orang tua didalam keluarga merupakan kewajiban kodrati untuk memperhatikan dan mendidik anak-anaknya sejak anak dilahirkan, bahkan sudah ditanamkan rasa kasih sayang sejak anak masih dalam kandungan ibunya. Jadi tugas orang tua dalam mendidik ana-anaknya terlepas dari kedudukan, keahlian atau pengalaman dalam bidang pendidikan yang resmi.
Melalui pendidikan dalam keluarga, anak bukan saja diharapkan agar menjadi suatu pribadi yang mantap, yang secara mandiri dapat melaksanakan tugas hidupnya yang baik, melainkan ia juga diharapkan kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. Kedua segi pendidikan tersebut, kepribadian yang mantap dan anggota mayarakat yang baik, bukan dua hal yang dipertentangkan, melainkan keduanya harus terjalin dalam kehidupan yang serasi. Karena itulah maka pendidikan dalam keluarga merupakan salah satu fungsi pokok dalam keluarga.
a.        Peranan anggota keluarga dalam pendidikan anak
Pada umumnya peranan seseorang itu berkaitan dengan harapan-harapan orang lain atau masyarakat terhadapnya sesuai dengan status dan kedudukannya itu. Pada kebanyakan keluarga, ibu yang memegang peranan pnting terhadap pendidikan anak-anaknya. Ibu dalam keluarga merupakan orang yang pertama kali berinteraksi dengan anak-anak. Pendidikan yang diberikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yag tak dapat diabaikan sama sekali. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya tentu akan mempengaaruhi terhadap pembentukan kepribadian mereka. Disamping ibu, ayah pun pmempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya terhadap pembentukan kepribadian anak. Dari seorang ayah anak akan mengenal yang namanya wibawa. Tindakan orang tua diharapkan saling menyeimbangi dan orang tua tampil sebagai penjelas nilai – nilai yang dianut oleh keluarga yang bersangkutan. Peranan orang tua dalam konteks pembinaan anak dalam keluarga meliputi:
1)      peran sebagai pendidik
2)      peran sebagai panutan
3)      peran sebagai pendorong
4)      peran sebagai pengawas
5)      peran sebagai teman
6)      peran sebagai inspirasi
7)      peraan sabagai konselor

2.      Pendidikan Kelembagaan
Dalam kehidupan modern lembaga pendidikan sekolah mempunyai peranan penting dalam dalm mengembangkan sumber daya manusia. Sekolah yang seiring juga dipandanag sebagai lingkungan pendidikan kedua bagi anak setelah lingkungan keluarga, diserahi sebagian tanggung jawab pendidikan yang dipikul orang tua dalam keluarga. Hal ini terjadi karena orang tua sudah kecil kemungkinan untuk dapat mendidik anaknya untuk menguasai berbagai kemampuan yang diperlukan dalam kehidupannya. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan orang tua tidak sanggup lagi untuk mendidik anaknya tentang berbagi pengetahuan dan kemampuan tersebut, untuk kemudian menyerahkan sebagian tugas dan tanggung jawabnya kepada guru yang menjadi pendidikan di sekolah. Sehubungan hal tersebut lembaga pendidikan sekolah yang bersifat formal mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak.

a.       Karakteristik pendidikan sekolah
Dalam melaksanakan tugasnya sekolah tergolong pada lembaga pendidikan formal merupakan tempat berlangsungnya proses belajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Penyelenggaraan proses pembelajaran di sekolah dilakukan oleh petugas khusus dengan menggunakan cara-cara tertentu menurut norma-norma tertentu, untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Mengacu pada sistem pendidikan nasional sekolah sebagai lembaga pendidikan yang tergolong pada jalur pendidikan formal memiliki karakteristik jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidkan yang melandasi jenjang pendidkan menengah. Pendidkan dasar berbentuk sekolah dasar ( SD) dam madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajatnya.pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah juga merupakan tempat terjadinyah proses sosialisasi yang kedua bagi anak setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya, serta mempunyai tanggung jawab yang penting bagi pendidikan anak-anak dan pemuda dalam kehidupan.
b.      Fungsi dan tujuan pendidikan sekolah
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sisem pendidikan nasional pembelajaran disekolah hendaknya memiliki fungsi dan tujuan yang mengacu pada pendidikan nasional. Dalam kaitan ini sekolah hendaknya berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

3.      Pendidikan di Masyarakat
Selainn lingkungan keluarga dan lingkungan lembaga pendiikan, masyarakt juga turut mempengaruhinya. Masyarakat bisa menjadi wahana pembelajaran yang sangat luas bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Secara nilai dan keilmuan manusia berkembang terus-menerus, oleh karena itu pengaruh masyarakat terhadap pertumbuhan jiwa anak merupakan bagian dari aspek kepribadian yang terintegrasi dalam pertumbuhan psikis.




DAFTAR PUSTAKA

Ardiwinata, Jajat dan Achmad Hufad. 2007. Sosiologi antropologi Pendidikan. Bandung: UPI PRESS.
Abin Syamsuddin Makmun, Prof. DR. H. M.A.. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kuswanto dan Bambang Siswanto. 2003. Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai
Sadulloh Uyoh, Drs. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: AlFABETA.
Sadulloh Uyoh, dkk. 2007. PEDAGOGIK.. Bandung: CIPTA UTAMA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan komentar ^_^