Konsep
Perilaku Individu
1. Pengertian
Perilaku
a. Menurut
Notoatmodjo (2003). Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
b. Menurut Drs.
Leonard F. Polhaupessy, Psi. Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati
dari luar. Jadi, Perilaku adalah segala tindakan individu dalam berinteraksi
dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak
tampak, dari yang paling dirasakan sampai yang paling tidak dirasakan.
2. Pandangan
tentang Perilaku
ada lima pendekatan utama tentang perilaku yaitu;
a. pendekatan
neurobiologik, pendekatan ini menitikberatkan pada hubungan antara perilaku
dengan kejadian yang berlangsung dalam tubuh (otak dan syaraf) karena perilaku
diatur oleh kegiatan otak dan sistem syaraf.
b. pendekatan
behavioristik, pendekatan ini menitikberatkan pada perilaku yang nampak dan
perilaku dapat dibentuk dengan pembiasaan dan pengukuhan melalui pengkondisian
stimulus.
c. pendekatan
kognitif, menurut pendekatan ini individu tidak hanya menerima stimulus yang
pasif tetapi mengolah stimulus menjadi perilaku baru.
d. pandangan
psikoanalisis, menurut pandangan ini perilaku individu didorong oleh insting
bawaan dan sebagian besar perilaku itu tidak disadari.
e. pandangan
humanistik, perilaku individu bertujuan yang ditentukan oleh aspek internal
individu. Individu mampu mengarahkan perilaku dan memberikan warna pada
lingkungan.
3. Bentuk
Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Perilaku
tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belum
bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka
adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek (practice).
4. Jenis-jenis
Perilaku Individu
a. perilaku
sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan syaraf
b. perilaku tak
sadar, perilaku yang spontan atau instingtif
c. perilaku
tampak dan tidak tampak
d. perilaku sederhana dan kompleks
e. perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.
5. Teori
Perilaku
a. Menurut
Teori Lawrence Green (1980) faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh:
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1) Faktor
predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor
pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3) Faktor
pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
b. Teori
Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku bertitik tolak bahwa
perilaku merupakan fungsi dari :
1) Niat
seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior itention).
2) Dukungan
sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
3) Adanya atau
tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility
of information).
4) Otonomi
pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan
(personal autonomy).
5) Situasi yang
memungkinkan untuk bertindak (action situation).
c. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang
menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah:
1) Pemikiran
dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi,
sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
2) Tokoh
penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang
ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3) Sumber-sumber
daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
4) Perilaku
normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat
akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut
kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah,
baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo,
2003).
5) Teori perilaku
menitik beratkan pada aspek-aspek eksternal belajar, termasuk stimuli
eksternal, respon perilaku siswa, dan penguatan yang mengikuti respon yang
sesuai. Berdasarkan dengan teori perilaku yang dikemukakan oleh Thorndike
tentang Law of Effect dalam Budayasa(1998: 11), bahwa respon menyenangkan yang
dialami sebelumnya cenderung diulangi dan respon yang tidak menyenangkan yang
dialami sebelumnya cenderung dibuang. Jadi menurut Thorndike kecuali hubungan
antara stimulus dan respon, teori yang dikemukakan menekankan terutama pada prinsip-prinsip
pengetahuan.
6) Sesuai
dengan teori Thorndike di atas, pelaksanaan sistem pembelajaran di kelas tidak
lepas dari pemberian penghargaan dan hukuman. Di samping dalam penyampaian
pembelajaran guru kepada siswa tidak lepas dari penyampaian secara langsung
informasi-informasi yang akan dipelajari oleh siswa. Sesuai dengan teori
belajar perilaku agar ketuntasan belajar sains siswa dicapai maka materi ajar
yang akan diberikan perlu dianalisis ke dalam bagian-bagian sederhana, menulis
tujuan perilaku untuk tiap bagian, menyajikan informasi yang akan diberikan
secara jelas dan ringkas, memberikan latihan-latihan berulang-ulang kepada
siswa, memberikan umpan balik secepatnya terhadap respon yang diberikan siswa,
dan sering mengulangi materi yang diajarkan.
6. Mekanisme
Terjadinya Perilaku
Dalam
pandangan behavioristik, mekanisme perilaku individu adalah :
W ------ S ------- r -------- O ------- e -------- R ------- W
Keterangan:
W ------ S ------- r -------- O ------- e -------- R ------- W
Keterangan:
W = world
(lingkungan) e = effector
S = stimulus R = respon
r = receptor W = lingkungan
O = organisme
S = stimulus R = respon
r = receptor W = lingkungan
O = organisme
Pandangan humanistik, menurut pandangan ini perilaku
merupakan siklus dari :
1) dorongan
timbul,
2) aktivitas
dilakukan,
3) tujuan
dihayati, dan
4) kebutuhan
terpenuhi/rasa puas.
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum
orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni.
1) Awareness
(kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus
(objek) terlebih dahulu
2) Interest,
yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3) Evaluation
(menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi
4) Trial, orang
telah mulai mencoba perilaku baru
5) Adoption,
subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
Peranan dan
Pengaruh Pendidikan terhadap Perubahan dan Perkembangan Perilaku dan Pribadi
Manusia
Dengan
menggunakan konsep dasar psikologis, khususnya dalam konteks pandangan
behaviourisme, kita dapat menyatakan bahwa praktik pendidikan itu pada
hakekatnya merupakan usaha conditioning (penciptaan seperangkat stimulus) yang
diharapkan pula menghasilkan pola-pola perilaku(seperangkat respon ) tertentu.
Prestasi belajar dalam pengetahuan (penalaran), sikap (penghayatan), dan
keterampilan (pengalaman) merupakan indicator-indikator atau manifestasi dari
perubahan dan perkembangan perilaku tersebut. Sejalan dengan paradigma
Fungsional, paradigma Sosialisasi melihat peranan pendidikan dalam pembangunan
adalah:
1) mengembangkan
kompetensi individu
2) kompetensi
yang lebih tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan produktivitas
3) secara
urnum, meningkatkan kemampuan warga masyarakat dan semakin banyaknya warga
masyarakat yang memiliki kemampuan akan meningkatkan kehidupan masyarakat
secara keseluruhan.
Manusia
dilahirkan di dunia ini dalam keadaan fitrah, sehingga pengaruh lingkungan akan
turut mempengaruhi perkembangan seseorang. Baik ataupun buruknya lingkungan
akan menjadi referensi bagi perkembangan masyarakat sekitarnya. WH. Clarck
mengemukakan bahwa bayi yang baru lahir merupakan makhluk yang tidak berdaya,
namun ia dibekali oleh berbagai kemampuan yang bersifat bawaan. Disini
mengandung pengertian bahwa sifat bawaan seseorang tersebut memerlukan sarana
untuk mengembangkannya. Pendidikan merupakan sarana yang tepat dalam mencapai
hal tersebut. Baik pendidikan keluarga, formal ataupun non formal sekalipun.
Berikut adalah beberapa jenis pendidikan yang sering kita jumpai dan peranannya
dalam kehidupan:
1. Pendidikan
Keluarga
Gilbert Highest menyatakan bahwa
kebiasaan yang dimiliki anak-anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan
keluarga. Sejak dari bangun tidur hingga ke saat akan tidur kembali, anak-anak
menerima pengaruh dan pendidikan dari keluarga. Hal ini mengandung pengertian,
bahwa dalam usia bayi sampai usia sekolah keluarga mempunyai peran yang dominan
dalam menumbuhkembangkan rasa kepercayadirian seorang anak. Awal kehidupan
seseorang dimulai dalam lingkungan keluarga, bahkan dalam keluarga pula pada
umumnya seseoramg mengakhiri kehidupannya. Sejak mulai lahir dari bayi sampai
tumbuh dewasa tidak terlepas dari kehidupannya yang terus menerus berputar
sampai terbentuk sebuah keluarga kembali. Dalam keluarga terjadi apa yang
dinamakan interaksi antar anggota keluarga, interaksi tersebut dapat terjadi
antara suami (ayah) dengan anak, istri ( ibu) dengan anak, anak dengan anak,
bahkan terjadi pula antar keluarga satu dengan keluarga lainnya. Dalam
interaksi itu terjadi proses belajar, pembinaan, bimbingan atau proses
pendidikan. Dalam
hubungannya dengan pendidikan, lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan
yang pertana dan utama, berlangsung secara wajar dan informal, serta lebih
dominan melalui media permainan. Keluarga merupakan dunia anak yang pertama
yang memberikan sumbangan mental dan fisik terhadapnya. Dalam keluarga anak
lambat laun membentuk konsepsi tentang pribadinya baik tepat maupun kurang
tepat. Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya mengidentifikasi
dirinya denga kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.
Orang tua (ibu dan ayah) sebagai
pendidik betul – betul merupakan pletak dasar kepribadian anak. Dasar
kepribadian tersebut akan bermanfaat atau berperan terhadap pengaruh – pengaruh
atau pengalaman – pengalaman selanjutnya, yang datang kemudian,. Anak lahir
dalam pemeliharaan keluarga dan dibesarkan dalam keluarga. Anak akan menyerap
norma-norma yang ada pada anggota keluarga, dari ibu. Ayah, maupun dari
saudara-saudara yang lain. Karena itu orang tua didalam keluarga merupakan
kewajiban kodrati untuk memperhatikan dan mendidik anak-anaknya sejak anak
dilahirkan, bahkan sudah ditanamkan rasa kasih sayang sejak anak masih dalam
kandungan ibunya. Jadi tugas orang tua dalam mendidik ana-anaknya terlepas dari
kedudukan, keahlian atau pengalaman dalam bidang pendidikan yang resmi.
Melalui pendidikan dalam keluarga, anak
bukan saja diharapkan agar menjadi suatu pribadi yang mantap, yang secara
mandiri dapat melaksanakan tugas hidupnya yang baik, melainkan ia juga
diharapkan kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. Kedua segi
pendidikan tersebut, kepribadian yang mantap dan anggota mayarakat yang baik,
bukan dua hal yang dipertentangkan, melainkan keduanya harus terjalin dalam
kehidupan yang serasi. Karena itulah maka pendidikan dalam keluarga merupakan
salah satu fungsi pokok dalam keluarga.
a. Peranan anggota keluarga dalam pendidikan anak
Pada umumnya peranan seseorang itu
berkaitan dengan harapan-harapan orang lain atau masyarakat terhadapnya sesuai
dengan status dan kedudukannya itu.
Pada
kebanyakan keluarga, ibu yang memegang peranan pnting terhadap pendidikan
anak-anaknya. Ibu dalam keluarga merupakan orang yang pertama kali berinteraksi
dengan anak-anak. Pendidikan yang diberikan seorang ibu terhadap anaknya
merupakan pendidikan dasar yag tak dapat diabaikan sama sekali. Baik buruknya
pendidikan ibu terhadap anaknya tentu akan mempengaaruhi terhadap pembentukan
kepribadian mereka. Disamping
ibu, ayah pun pmempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya terhadap
pembentukan kepribadian anak. Dari seorang ayah anak akan mengenal yang namanya
wibawa. Tindakan
orang tua diharapkan saling menyeimbangi dan orang tua tampil sebagai penjelas
nilai – nilai yang dianut oleh keluarga yang bersangkutan. Peranan orang tua
dalam konteks pembinaan anak dalam keluarga meliputi:
1) peran
sebagai pendidik
2) peran
sebagai panutan
3) peran
sebagai pendorong
4) peran
sebagai pengawas
5) peran
sebagai teman
6) peran
sebagai inspirasi
7) peraan
sabagai konselor
2. Pendidikan
Kelembagaan
Dalam kehidupan modern lembaga pendidikan sekolah
mempunyai peranan penting dalam dalm mengembangkan sumber daya manusia. Sekolah
yang seiring juga dipandanag sebagai lingkungan pendidikan kedua bagi anak
setelah lingkungan keluarga, diserahi sebagian tanggung jawab pendidikan yang
dipikul orang tua dalam keluarga. Hal ini terjadi karena orang tua sudah kecil
kemungkinan untuk dapat mendidik anaknya untuk menguasai berbagai kemampuan
yang diperlukan dalam kehidupannya. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mengakibatkan orang tua tidak sanggup lagi untuk mendidik anaknya
tentang berbagi pengetahuan dan kemampuan tersebut, untuk kemudian menyerahkan
sebagian tugas dan tanggung jawabnya kepada guru yang menjadi pendidikan di
sekolah. Sehubungan hal tersebut lembaga pendidikan sekolah yang bersifat
formal mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak.
a.
Karakteristik pendidikan
sekolah
Dalam melaksanakan tugasnya sekolah tergolong pada
lembaga pendidikan formal merupakan tempat berlangsungnya proses belajar untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Penyelenggaraan proses pembelajaran di
sekolah dilakukan oleh petugas khusus dengan menggunakan cara-cara tertentu
menurut norma-norma tertentu, untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Mengacu pada sistem pendidikan nasional sekolah
sebagai lembaga pendidikan yang tergolong pada jalur pendidikan formal memiliki
karakteristik jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan
dasar merupakan jenjang pendidkan yang melandasi jenjang pendidkan menengah.
Pendidkan dasar berbentuk sekolah dasar ( SD) dam madrasah ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah
tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajatnya.pendidikan menengah
merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas
pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan tinggi
merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah juga
merupakan tempat terjadinyah proses sosialisasi yang kedua bagi anak setelah
keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya, serta
mempunyai tanggung jawab yang penting bagi pendidikan anak-anak dan pemuda
dalam kehidupan.
b.
Fungsi dan tujuan
pendidikan sekolah
Sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari sisem pendidikan nasional pembelajaran disekolah hendaknya memiliki fungsi
dan tujuan yang mengacu pada pendidikan nasional. Dalam kaitan ini sekolah
hendaknya berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
3. Pendidikan
di Masyarakat
Selainn lingkungan keluarga dan
lingkungan lembaga pendiikan, masyarakt juga turut mempengaruhinya. Masyarakat
bisa menjadi wahana pembelajaran yang sangat luas bagi pertumbuhan dan
perkembangan jiwa anak. Secara nilai dan keilmuan manusia berkembang
terus-menerus, oleh karena itu pengaruh masyarakat terhadap pertumbuhan jiwa
anak merupakan bagian dari aspek kepribadian yang terintegrasi dalam
pertumbuhan psikis.
Ardiwinata, Jajat dan Achmad Hufad. 2007. Sosiologi antropologi Pendidikan.
Bandung: UPI PRESS.
Abin Syamsuddin
Makmun, Prof. DR. H. M.A.. 2007. Psikologi
Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kuswanto dan Bambang Siswanto. 2003.
Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai
Sadulloh Uyoh, Drs. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung:
AlFABETA.
Sadulloh Uyoh, dkk. 2007. PEDAGOGIK.. Bandung: CIPTA UTAMA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan komentar ^_^