Teori Psikologi Pembelajaran
Matematika - Skinner
B.F. Skinner (1990)
berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model
instruksi langsung (directed instruction) dan meyakini bahwa perilaku dikontrol
melalui proses operant conditioning.
Manajemen kelas
menurut Skinner
adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior modification) antara
lain dengan penguatan (reinforcement) yaitu memberi penghargaan pada perilaku
yang diinginkan dan tidak memberi imbalan pada perilaku yang tidak tepat.
Operant Conditioning atau
pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan
positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang
kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Perilaku operan
adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan
perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya
stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan adalah: anak
kecil yang tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya,
maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak
disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan
permen adalah penguat positifnya.
Skinner membuat
eksperimen sebagai berikut: dalam laboratorium, Skinner memasukkan tikus yang
telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “Skinner box”, yang sudah dilengkapi
dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat memberi makanan, penampung
makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri
listrik.
Karena dorongan
lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus
bergerak kesana-kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol,
makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai
peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping.
Berdasarkan
berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati, Skinner menyatakan bahwa
unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya
adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus-respon akan
semakin kuat bila diberi penguatan.
Skinner membagi
penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan
positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah
laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang
atau menghilang. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen,
kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui,
bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan,
memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng,
kening berkerut, muka kecewa dll).
Beberapa prinsip
belajar Skinner antara lain:
1. Hasil belajar
harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar
diberi penguat.
2. Proses belajar
harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi
pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses
pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas individu.
5. Dalam proses
pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ingkungan perlu diubah, untuk
menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku
yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya.
7. Dalam
pembelajaran, digunakan shaping.
Burhus
Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan
yang amat penting dalam proses belajar.
Terdapat perbedaan antara ganjaran
dengan penguatan. Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan dan merupakan
tingkah laku yang sifatnya subjektif, sedangkan penguatan merupakan sesuatu
yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respond an lebih mengarah
kepada hal-hal yang sifatnya dapat diamati dan diukur.
Untuk mengubah tingkah laku anak dari
negative menjadi positif, guru perlu mengetahui psikologi yang dapat digunakan
untuuk memperkirakan (memprediksi) dan mengendalikan tingkah laku anak. Guru di
dalam kelas mempunyai tugas untuk mengarahkan anak dalam aktivitas belajar
karena pada saat tersebut control berada pada guru, yang berwenang memberikan
instruksi ataupun larangan kepada anak didiknya.
Penguatan akan berbekas pada diri anak.
Mereka yang mendapat pujian setelah berhasil menyelesaikan tugas atau menjawab
pertanyaan biasanya akan berusaha memenuhi tugas berikutnya dengan penuh
semangat. Penguatan yang berbentuk hadiah atau pujian akan memotivasi anak
untuk rajin belajar dan mempertahankan prestasi yang diraihnya. Penguatan
seperti ini sebaiknya segera diberikan dan tidak perlu ditunda-tunda.
Karena penguatan akan berbekas pada diri
anak, sedangkan hasil penguatan diharapkan positif, maka penguatan yang
diberikan tentu harus diarahkan pada respon anak yang benar. Jangan memberikan
penguatan atau respon anak jika respon tersebut sebenarnya tidak diperlukan.
Skinner menambahkan bahwa jika respon
siswa baik (menunjang efektivitas pencapaian tujuan) harus segera diberi
penguatan positif agar respon tersebut lebih baik lagi, atau minimal perbuatan
baik itu dipertahankan. Misalnya dengan mengatakan “bagus, pertahankan
prestasimu” untuk siswa yang mendapat nilai tes yang memuaskan. Sebaliknya jika
respon siswa kurang atau tidak diharapkan sehingga tidak menunjang tujuan
pengajaran, harus segera diberi penguatan negative agar respon tersebut tidak diulangi
lagi dan berubah menjadi respon yang sifatnya positif. Penguatan negative ini
bisa berupa teguran, peringatan, atau sangsi (hukuman edukatif).
Beberapa prinsip
belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
1.
Hasil belajar harus segera diberitahukan
kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2.
Proses belajar harus mengikuti irama
dari yang belajar.
3.
Materi pelajaran, digunakan sistem
modul.
4.
Dalam proses pembelajaran, lebih
dipentingkan aktivitas sendiri.
5.
Dalam proses pembelajaran, tidak
digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya
hukuman.
6.
Tingkah laku yang diinginkan pendidik,
diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal
variable rasio reinforcer.
7.
Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
Teori
Skinner memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.
1.
Kelebihan
Pada teori ini,
pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan
dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan
lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya
kesalahan.
2. Kekurangan
Tanpa adanya
sistem hukuman akan dimungkinkan dapat membuat
anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat
akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery
learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa
Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai
salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik
adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak
perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan.
Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan,
cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
Selain itu
kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan
seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai
semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan
kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak
penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya
penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau
olahraga.
Sumber:
Tim MKPBM Jurdikmat UPI. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.
http://www.kosmaext2010.com/makalah-psikologi-belajar-teori-belajar-menurut-skinner.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan komentar ^_^